Kesenian Sumbawa

Seni Budaya Sumbawa
Kesusasteraan
Periode awal kesusasteraan Samawa merupakan dimulainya sebuah tradisi lisan.
Sejumlah karya sastra Tau Samawa, juga kisah dan dongeng yang dinyanyikan
atau diucapkan, acara keagamaan, pertemuan suci dan pemerintahan, dipengaruhi
oleh beberapa norma sosial.
Kesusasteraan permulaan melukiskan kecintaan dan pada alam dan manusia serta
berpegang bahwa keaslian alami manusia adalah satu. Kesusasteraan awalnya
menekankan norma perilaku seperti kesetiaan kepada raja, kealiman anak, hormat
kepada guru atau lebih tua, persahabatan yang tulus dan kesucian wanita.
Masyarakat tradisional Samawa, menulis karangan sastra pada daun lontar yang
telah dikuningkan yang dinamakan “bumung”. Karya sastra ditulis dengan cara
menggoreskan daun lontar dengan ujung pangat ( pisau kecil tajam ). Mereka
menyimpannya dengan menggantung ada didinding dan tiang rumah.
Sastra lisan yang disebut – sebut sebagai pilar sastra Samawa adalah lawas ( isi
yang dilagukan ). Lawas ini sejak perekambangannya mendapat pengaruh “Elom
ugi” atau syair Bugis. Sastera jenis ini hidup dan berkembang dengan subur dalam
masyarakat selama berabad – abad lamanya.
Tulisan khas Sumbawa yang ditulis diatas daun lontar disebut “Satera Jontal”.
Seni Kelingking
Seni kelingking adalah istilah seni rupa daerah Samawa. Artinya, membuat
ornamen atau hiasan pada suatu benda tertentu dengan menggunakan tekhnik
menghias. Hasilnya, berupa langit kelingking, kre alang, tabola, peti kayu berhias,
gerbah dan sebagainya.
Bentuk seni ini sudah berlangsung lama. Mendapat pengaruh Hindu dengan motif
hias tumbuhan dan selanjutnya pengaruh islam.
Berbagai bentuk corak hiasan kelingking yang dikenal di tana Samawa adalah :
lonto engal ( ragam sulur ), kemang satange ( ragam bunga) pohon hayat, pucuk
rebung, gelambok, slimpat ( jalinan ), naga, burung, manusia dan binatang ( sapi,
kuda, kerbau dan sebagainya )
Ragam hias seni kelingking bagi masyarakat Samawa mempunyai makna tertentu.
Slimpat melambangkan percintaan dan kerukunan. Piyo ( burung ) berlambang roh
nenek moyang. Pohon hayat sebagai lambang kehidupan manusia. Manusia
sebagai berlambang kerakyatan. Naga, lambang kesuburan dan cecak lambang
penangkal kejahatan.
Hasil – hasil seni kelingking pada masyarakat Samawa diantaranya adalah : kain
untuk bahan pakaian, gorden, sprai, aneka meubel rumah tangga, benda – benda
page 1 / 7
Hendro's Blog | Seni Budaya Sumbawa
Copyright hen92 c9p5au8naa@webmail.umm.ac.id
http://hen92.student.umm.ac.id/2010/07/29/seni-budaya-sumbawa/
gerabah, tas, kipas, topi, kaos oblong, gantungan kunci, plakat dll.
Sistem Kepercayaan
Masyarakat Samawa tradisional percaya bahwa pohon – pohon besar atau batu –
batu besar atau tempat – tempat angker, ada “baengna” ( ada yang punya ). Kalau
melewati tempat tersebut tidak boleh ribut dan harus sopan. Kalau tidak bisa
“disapa” atau ditegur oleh mahkluk halus tersebut, dan jatuh sakit. Mahkluk –
makhluk halus
Tersebut ada yang mereka namakan Kono ( makhluk halus yang suka berkeliaran
siang hari ditempat sepi ), Baki ( makhluk halus dihutan ), Setan belata ( Hantu
hajat ), Leak ( manusia yang menyerupai mahkluk halus ), Jin ( menurutnya ada
yang kafir dan ada yang islam ).
Sistem kepercayaan Tau Samawa juga percaya pada adanya guna – guna (black
magic ) untuk menundukkan lawan. Penggunaannya banyak dijumpai ada kerajaan
kerbau ( barapan kerbau ) atau pacuan kuda ( main jaran ). Dikenal dua jenis black
magic yaitu sihir yang konon dilepas seperti angin, dan Bura yang dilepas ditempat
– tempat yang diperkirakan akan dilalui oleh lawan. Ditempat – tempat perhelatan
seperti perkawinan juga olahraga ( main bola ) hal ini juga dilakukan. Karena itu,
setia ada perhelatan atau kegiatan tertentu, selalu ada pendamping, yaitu Sanro (
dukun ) yang bertugas mengawasi agar segala sesuatu bisa berjalan semestinya.
Ada orang – orang yang sakti berupa kekebalan masih sangat dipercaya oleh
masyarakat Samawa. Demikian pula dengan adanya benda – benda pusaka seperti
keris dan golok yang punya kesaktian.
Sistem Pengetahuan
Masyarakat Samawa memiliki sistem pengetahuan yang turun temurun. Untuk
obat – obat tradisional, yang mulanya dari Sanro ( dukun ) misalnya : obat batuk,
yaitu air jeruk nipis dicampur kapur kemudian dioles pada leher, luka bakar, dioles
madu, luka baru diobat dengan serbuk kopi, sarang laba – laba yang besar, getah
jarak ; sakit perut diobati dengan mengunyah daun jambu muda yang dicampur
sedikit garam dll.
Kalau akan memulai turun sawah, petani cukup melihat arah dan letak bintang
renggala ( bintang bajak ). Kalau akan melaut dengan melihat warna langit pada
malam hari.
Dimasyarakat tradisional ada macam – macam upacara seperti : upacara minta
hujan. Masyarakat Samawa mengenal adanya jimat sebagai penolak bala.
Pemakaiannya bisa dikalung, diikatkan dipenggang.
Kepercayaan ada sihir pada masyarakat tradisional masih ada, seperti adanya
page 2 / 7
Hendro's Blog | Seni Budaya Sumbawa
Copyright hen92 c9p5au8naa@webmail.umm.ac.id
http://hen92.student.umm.ac.id/2010/07/29/seni-budaya-sumbawa/
yang disebut loma – lome, bura, pedang pekir dan sebagainya.
Meramal ( ramuka ) merupakan kebiasaan tradisional masyarakat samawa.
Meramal nasib, menanyakan hari baik, menemukan barang yang hilang dsb.
Mereka juga mengenal apa yang disebut cuca’ dengan harapan agar selamat dan
tercapai tujuannya.
Lukisan
Lukisan Samawa mewakili sebuah pola / tipe pencapaian budaya kekuatan kreatif
dan rasa estetis tau samawa. Lukisan samawa telah berkembang melalui
panjangnya sejarah Tanah Samawa sejak Zaman Hindu, Islam dan Modern
sekarang ini. Lukisan pertama dari tau Samawa ditemukan pada dinding kubur
sarkofagis Ai Renung dengan ragam hias manusia biawak yang dibuat ribuan tahun
silam.
Dalam perkembangannyanya lukisan-lukisan Samawa mewarisi tradisi keindahan
pada batu – batu nisan berukir yang dijumpai di Telebir, pada tiang – tiang rumah,
dinding rumah dll.
Lukisan – lukisan Samawa, berkaitan loebih banyak dengan kehidupan tumbuhan
dan binatang dan juga kehidupan sehari – hari rata – rata Tau Samawa serta
aspirasi dan impian mereka. Penuh warna dan hidup, serta bebas dari
pengekangan biasa yang berlaku. Warna – warna merah, kuning, hitam, hijau dan
merah muda ( beko ). Umumnya lukisan bunga diberi warna merah dan kuning
dengan daun berwarna hijau.
Arsitektur
Arsitektur Samawa menggunakan struktur isatana dan sangat dipengaruhi oleh
arsitektur Makasar, baik pada perumahan bangsawan, maupun perumahan rakyat
biasa dan terdiri dari banyak variasi lokal. Peninggalan istana tua ( dalam loka )
menghambat mode Balla Lompoa di Goa.
Karakteristiknya, bangunan berdiri diatas tiang kayu, dinding kayu, lantai kayu,
atau kayu genting. Dinding, tangga dan bagian – bagian tertentu diukir dan
ditonjolkan secara megah.
Lingkungan alam selalu dikaitkan dengan sebuah elemen yang penting dan utama
dalam arsitektur Samawa. Dalam memilih lokasi untuk bangunan, tau samawa
cendrung mengikatkan makna khusus ada rinsi – rinsi pertahanan yang menguasai
filosofi Samawa.
Gaya bangunan – bangunan di Tana Samawa mulai dari bangunan rumah, balai
page 3 / 7
Hendro's Blog | Seni Budaya Sumbawa
Copyright hen92 c9p5au8naa@webmail.umm.ac.id
http://hen92.student.umm.ac.id/2010/07/29/seni-budaya-sumbawa/
desa, mesjid, langgar, mushallah, lumbung dsb, selalu mengacu pada arsitektur
tradisional dengan empat persegi panjang dan model atau seperti perahu.
Bahkan, walaupun saat ini arsitektur moderen sudah memasuki dan kuat
pengaruhinya pada arsitektur Samawa, filosofi dasarnya tetap saja dipertahankan.
Kecuali ada penataan ruang, lantai dan ornamen lainya.
Musik Kehidupan seni tradisional mendapat tempat di hati masyarakat Tana
Samawa, terutama yang berdomisili di pedesaan. Musik orkestra samawa yang
disebut Gong Genang sangat populer di masyarakat. Gong Genang terdiri dari
sebuah gong, dua buah genang ( gendang ) dan sebuah serune. Serune dalam
orkestra Gong genang berfungsi sebagai pembawa melodi
Sejumlah musik daerah yang dihayati masyarakat pendukungnya antara lain :
Ratib ( Rabana Ode dan Rabana Rea / Kebo ), Bagenang, Sakeco, Langko, Saketa,
Gandang, Bagesong dsb.
Dari lirik – lirik lawas telah diangkat kepermukaan sejumlah lagu yang berirama
daerah dengan iringan instrumen alat – alat musik modern. Lagu khas daerah
Samawa sudah banyak dilagukan dalam berbagai kesempatan upacara dan acara
perhelatan perkawinan. Dalam bentuk kaset ataupun kepingan CD dan VCD.
Beberapa peralatan musik tradisional Samawa adalah : Serune, yaitu alat musik
tiup. Alat ini termasuk alat musik golongan serofon yang berlidah, serune dibuat
dari dua bahan pokok yaitu bulu ( jenis bambu kecil ) dan daun lontar. Lolo dan
anak lolo dibuat dari bulu, sedangkan seremung ode dan seremung rea dibuat dari
daun lontar yang digulung dan membentuk cerobong / kerucut. Serune tidak
berfungsi sebagai alat musik yang sakral, karena itu dapat dimainkan oleh siapa
saja yang berminat. Serune dapat memainkan lagu apa saja asal sesuai dengan
nadanya. Kebanyakan lagu – lagu yang dibawakan adalah lawas ( syair Samawa )
yang kebanyakan tidak dikenal siapa penciptanya.
Alat musik tradisional lainnya adalah : Palompong. Di Taliwang ( bagian ano rawi )
disebut garompong. Alat musik ini termasuk alat musik idiofon. Di jawa yang
sejenis dengan alat musik ini adalah gambang. Bahan untuk membuat palompong
adalah jenis kayu ringan yang di Sumbawa di sebut kayu kabong, kenangas dan
berora. Palompong biasanya di pergunakan dalam permainan orkestra Goa
genang, dan berfungsi sebagai alat ritmis. Palompong di pukul dengan
menggunakan pemukul yang banyaknya dua buah.
Rebana adalah alat musik yang terbuat dari kayu, kulit, rotan dan kawat. Di
sumbawa kayu yang dipakai membuat rebana adalah kayu jepun (kayu kemboja )
dan kulit yang dipakai adalah kulit kambing ( lenong bedes ). Rebana di
pergunakan untuk mengiring lawas ( tembang khas Samawa ) atau dalam bentuk
musik orkestra seperti sakeco, saketa dan juga untuk mengiringi tari – tari kreasi.
Cara memainkan rebana ada yang dipukul dengan tangan dan ada yang
menggunakan alat pemukul. Cara memainkan ada yang diangkat dan satu tangan
memukul, seperti dalam mengiring qasidah, dzikir. Untuk Rebana Rea (besar )
dalam memainkannya diletakkan diatas tanah secara berdiri, satu tangan
memegang dan tangan lainnya memukul.
page 4 / 7
Hendro's Blog | Seni Budaya Sumbawa
Copyright hen92 c9p5au8naa@webmail.umm.ac.id
http://hen92.student.umm.ac.id/2010/07/29/seni-budaya-sumbawa/
Tarian
Tradisi tari sudah lama ada di Tana Samawa. Tari tanak ( Tanak Juran dan Tanak
Eneng Ujang ) adalah contoh tarian Samawa yang merupakan tari persembahan
Tau Juran ( seketeng, Samapuin, Lempeh dan Brangbara ) kepada raja Sumbawa.
Sedangkan Tau kampung bugis sebagai tamu khusus kerajaan
mempersembahkannya Sempa. Sempa memiliki gerakan yang khas dan unik
dengan gerakan kaki dinamis dan cekatan.
Tarian Samawa memperlihatkan gerakan tanak, sempa, redat, ngumang,
pengantan bolang kemang, nyemah dan berbagai gerakan yang terdapat pada
permainan rakyat, serta gerakan petani tradisional di sawah. Disamping gerakan –
gerakan pada berbagai upacara adat.
Para pencipta tari dan para penari mencoba mengungkapkan sebuah kekuatan dan
keindahan yang mendalam.
Sejumlah tarian kreasi baru yang dikenal luas di masyarakat Samawa adalah Tari
Nguri, Tari Pego Bulaeng, Tari Pasaji, Tari Pamuji, Tari Batu nganga, Tari lalu diya –
lala jines, Tari ngasak, Tari dadara bagandang, tari berodak, ari rapancar, tari
kemang komal, tari dadara melala, tari rabinter, tari dadara nesek, tari barapan
kebo, tari kosok kancing, tari lamung pene, tari tanjung menangis dan sejumlah
tarian yang penampilannya dalam bentuk sendratari.
Teater
Teater tradisional di tana samawa tidak terlalu menonjol dan bahkan kurang
berkembang. Bagesa atau gesa yang mengundang tawa bahak yang dilakukan
oleh seorang atau dua orang dengan gaya yang jenaka dan sarat humor bisa
dimasukkan sebagai teater mula. Pada tahun 1981 dalam pentas sosial darama di
tana Samawa, pernah diangkat keatas pentas bagesa dan ternyata mendapat
sambutan hangat dari penonton yang memang sudah hafal dengan selera komedi
seperti itu.
Masyarakat Samawa mengenal teater kontemporer tanpa melalui jenjang teater
tradisional.
Permainan Rakyat
Sejumlah permainan rakyat tradisional masyarakat Samawa yang menjadi ciri dari
masyarakat antara lain adalah : Karaci yaitu permainan tradisional yang dilakukan
oleh dua orang yang masing – masing memegang empar ( tameng ) dan we (
page 5 / 7
Hendro's Blog | Seni Budaya Sumbawa
Copyright hen92 c9p5au8naa@webmail.umm.ac.id
http://hen92.student.umm.ac.id/2010/07/29/seni-budaya-sumbawa/
pemukul dari rotan ) serta pabulang. Keduanya saling memukul dengan we dan
menangkis dengan empar ( tameng )
Berempuk, adalah permainan lain di Tana samawa, yaitu tinju bebas yang tidak
menggunakan sarung tinju. Biasanya dilaksanakan dilapangan terbuka atau sawah
seusai panen padi. Kuntao, pencak silat juga merupakan bagian permainan rakyat
samawa.
Main jaran, Barapan kebo dan nganyang / main mayung dan beradu ayam adalah
permainan rakyat yang berkaitan dengan peternakan. Sedangkan bagi anak – anak
Samawa permainan masa kecilnya antara lain adalah : Rabanga, Ramake, Bariwak,
Bakatato, saling hom / saling buya, rabenteng, main bawi, main longga, Ramajang,
bakalepak, ramacan ( main macan ) dll.
senjata
Tercatat sejumlah senjata tajam yang menjadi bagian dari identitas budaya
daerah. Mulai dari keris, pedang, berang, bate, ladeng, badik, dangko ( arit )
disamping tombak, pana dan jenis – jenis lainnya.
Mengikatkan parang panjang di peinggang ketika akan kesawah atau ladang bagi
lelaki Samawa adalah pemandangan yang biasa kita lihat sehari – hari didesa –
desa Samawa. Parang sumbawa yang panjang dilengkapi dengan sarung dari kayu
yang indah dan berhias.
Upacara Adat
Di tana Samawa dikenal banyak jenis upacara adat, mulai dari upacara adat daur
hidup / life cycle, seperti proses kelahiran, masa kanak – kanak, masa remaja dan
perkawinan sampai pada upacara kematian disamping upacara yang berkaitan
dengan memulai suatu pekerjaan seperti bangun rumah.
Melakukan kenduri ( basadekah ) juga menjadi bagian penting dari adat Samawa,
seperti : sadekah orong, sadekah rapina bale, sadekah tolak bala, belo umir,
sadekah yang berhubungan dengan perkawinan, sunat rasul, kelahiran nabi ( munit
) dsb.
Dalam pelaksanaan upacara – upacara tersebut biasanya digelar kesenian daerah
seperi : ratib, bagenang, langko, saketa, sakeco, lawas, dll
Sistem Gotong Royong
Dikenal tiga sistem gotong royong dalam masyarakat samawa yaitu Saling tulong (
page 6 / 7
Hendro's Blog | Seni Budaya Sumbawa
Copyright hen92 c9p5au8naa@webmail.umm.ac.id
http://hen92.student.umm.ac.id/2010/07/29/seni-budaya-sumbawa/
tolong menolong ) basiru ( saling tolong menolong untuk pekerjaan yang ditujukan
hasilnya untuk seseorang ) dan ketiga adalang nulong ( membantu ).
Baik saling tulong, basiru, maupun nulong biasanya tidak hanya dalam bentuk
materian tapi juga tenaga. Saling tulong bisa diartikan sebagai pemberian
pertolongan yang akan dibalas pada kesempatan lain.
Basiru, lebih pada pengertian mengajak beramai – ramai mengerjakan sesuatu
pekerjaan yang nantinya juga beramai – ramai mengerjakan pekerjaan dari yang
lainnya. Nulong lebih dikhususnya pada adanya imbalan berupa jasa atau materi.
Hasil dari Kebudayaan
Hasil dari kebudayaan Samawa mulai dari zaman purba yang sampai pada zaman
kerajaan Sumbawa menjadi bagian penting dari peninggalan sejarah dan
keperbukalaan daerah.
Makam sampar di perbukitan dusun ai awak, kelurahan seketeng sumbawa adalah
tempat pemakaman Sultan Amrullah, Raja Sumbawa yang memerintah tahun 1836
– 1883. dikompleks ini juga dimakamkan permaisuri sultan dan keluarga
bangsawan keraton lainnya.
Sarkofagus Ai Renung, di Batu tering, Moyo Hulu yang tersebar pada lima lokasi
yang relatif berdekatan. Situs megalitik telebir dan patung mampis di dusun rarak,
desa bangkat monteh Taliwang. Komplek kubur batu di tarakin dan lutuk batu peti
di dusun kuang amo, Moyo Hulu.
Istana tua Sumbawa ( dalam loka ) yang terletak di pusat kota Sumbawa besar
yang dibangun pada tahun 1885 pada zaman pemerintahan Sultan Muhammad
Jalaluddin III.

Leave a comment